Friday, August 22, 2008

ULTAH LABS: KEBAKARAN!

Suara sumbang pengamen di pengkolan jalan Pemuda nyaris tak mendapat perhatian lagi. Sebetulnya lagu yang dinyanyikan dua anak yang mengenakan kaos dekil itu, sedang hits di seluruh radio: Cinta ini Membunuhku karya D'Massiv. Dimana hampir seluruh segmen, mulai dari anak kecil sampai orangtua, menyenandugkan lagu itu. Beberapa mobil yang antri di jalan hampir sebagian lebih fokus pada satu hal: sebuah asap yang membumbung dari kompleks IKIP Jakarta.

Beberapa pasang mata lebih suka menatap bingung. Entah tak tahu apa yang akan dilakukan. Api itu besar, tapi masih jauh dari rumahnya. Sementara api terus melahap atap-atap yang ada di Teater Besar, menghanguskan tripleks-tripleks tua dan kaso penyangga atap, seorang ibu bolak-balik di depan teras rumah sambil memegang erat putrinya. Dia bingung.

Beberapa orang sibuk memadamkan api yang terus menyusup ke arah ruang SD. Jilatan si jago merah rupanya lebih cepat dari kedatangan pemadam. Jumlah air juga tak sebanding dengan kecepatan api yang sudah menghanguskan ruang kelas di lantai dua. Namun aneh, sebuah mukjizat Allah, sebuah masjid di lantai dua tak bisa dirubuhkan. Mungkin tersentuh, tapi tetap utuh.

Lagu Cinta Ini Membunuhku adalah ironi. Bisa realita, bisa fiksi. Namun kebakaran di Labs adalah realita. Sebuah "kado" untuk ulangtahun Lab School ke-40. Ada sebuah "pesan" dari kebakaran ini: sentilan untuk SD yang selalu penuh konflik. Apakah itu? "Dia" (baca: SD) yang diakui dan tidak diakui bukan sebagai bagian dari Lab School. "Dia" yang de jure berwujud sebagai SD namun de fakto sebagai sekolah swasta. Dengan bayaran swasta, tapi anehnya (katanya) masih terima BOS. Penuh konflik!

"Kalo mo gratis ya jangan sekolah di sini," ucap seorang Ibu berpenampilan menor, yang diamini oleh ibu-ibu lainnya. Sebuah statement sinis yang sebetulnya bisa menyakitkan banyak orangtua.

Kini orangtua-orangtua yang sinis itu yang menganggap diri bisa membayar berapa pun harga masuk sekolah, moga-moga tersentil dengan peristiwa kebakaran. Sadar. Anak-anak mereka sampai kini diungsikan di sekolah, yang benar-benar gratis. Yang mendapat BOS, tapi tidak memunggut biaya sekolah lagi. Dengan fasilitas yang tak sebaik di SD Labs. Tak ada penyejuk ruangan.

Si pengamen itu kini duduk di sebuah batu yang ada di pinggir jalan. Matanya kecil menerawang kosong ke ujung jalan, dimana terdapat sebuah halte busway. Ada beberapa orang di situ yang sedang menunggu. Pohon rindang memayungi pengemen itu. Sambil memetik ukulele, mulut kecilnya bersenandung. Kali ini lagu anyar dari Krispatih yang juga sedang diputar di radio seluruh Indonesia, termasuk di program musik Satu-Satunya yang ada di tvOne.

Bila...rasa ini rasamu...

1 comment:

Lab School 88 said...

oomm brilll, nt jago juga yah kl suruh maenin kata2.., itu pas kbakaran dah slese gw dateng bareng ipank, meta, ade en pepi.., ktemu pak RT Jumawan juga..., kt p'RT ambil aja hikmahnya deh soalnya kan SD ntu ribut mulu masalah duit...