Tuesday, September 25, 2007

Meeting besar di rumah Dina

Kompleks Loka Indah nampak beda sekali dari lebih duapuluh tahun lalu, kala gue pertama kali ke tempat ini. Tanah-tanah kosong yang dulu sempat gue lihat, sudah gak ada lagi. Semua sudah diisi oleh perumahan-perumahaan bertanah luas dan berpagar tinggi. Gak heran begitu memasuki area kompleks yang terletak di Warung Buncit ini, gue agak pangling. Berubah hampir 180 derajat. So, gak heran pas nyari rumah Dina Subingar, perlu feeling yang super kuat. Satu hal yang menguatkan feeling gue, dulu dekat rumah Dina ada lapangan olahraga, kalo gak lapangan tenis, ya golf.

“Jangan-jangan lapangan ini pun sudah punah jadi perumahan?” pikir gue dari balik kaca mobil. Alhamdulillah, developer Loka Indah gak “iseng-iseng” amat, buat menyulap lapangan tenis dan golf menjadi rumah gedong. Tahu dong, di Jakarta ini, kontraktor atawa developer pandai banget “menyulap” lahan kosong, menjadi mal atau real estate. Ya, tentu “sulapan” mereka baru berhasil, setelah ada kongkalikong dengan pemerintah. Ups! Kok gue jadi tendensius begitu sih? Sorry! OK, balik lagi, lapangan memang satu-satunya “cue” gue buat tahu posisi rumah Dina, selain nomor 25 tentunya. Nah, karena lapangan masih eksis, “Sekarang tinggal cari nomor 25 deh!”

Ngomong-ngomong ngapain sih gue ke rumah Dina? Mungkin teman-teman juga ada yang tanya. Begini friends, malam tanggal 20 September kemarin, Ipang dan Dina punya inisiatif buat ngumpulin teman-teman anggota ikatan alumni Labs 88 “Yang Penting Kompak”. Goal-nya, buat mematangkan usulan-usulan yang sempat dilontarkan, saat dinner di Kemang Food, kelar main Futsal beberapa waktu lalu. Singkatnya: meeting ikatan alumni, gitu. Agenda meetingnya: buka puasa bersama, donor darah, dan reuni 20 tahun “Yang Penting Kompak” tahun depan.

Pada saat gue hadir, beberapa teman kita sudah ngumpul. Mereka adalah Ipang, Pepi, Ijam, Arief, Fitri, Dewi, Ade Riana, dan Dina sebagai tuan rumah. O iya, sebelumnya, mereka sempat melakukan buka-bukaan dulu. Jangan ngeres, lah! Maksudnya buka puasa bersama. Gak heran malam itu, makanan Alhamdulillah gak kekurangan. Ada cap cay, mie goreng, dan puyunghai. Untuk kue, ada kue pastel isi sayur, donat isi teri (gak mungkin kan?), dan makroni skrutel. Gak ketinggalan ada es buah segar ceria. Mayoritas makanan dan minuman, disediakan sama tuan rumah yang cantik dan baik hati: Dina Subingar. Jadi, gue dan teman-teman yang hadir kudu mengucapkan secara aklamasi: “Terima kasih Dina!”

Agenda pertama yang dibahas malam itu adalah buka puasa bersama. Seperti rapat-rapat sebelumnya, terjadi usulan-usulan mengenai kordinatornya, tanggal pelaksanaan, acara di hari-H nya ngapain, dan soal tempat pelaksanaan.

Mengenai waktu, disepakati pelaksanaan buka puasa pada tanggal 30 September 2007. Trus mereka yang datang kudu menyumbang 50 ribu perak.

Kalo kita tengok di kalender, tanggal 30 jatuh pada hari Minggu. Pemilihan hari Minggu, karena dianggap hari yang kemungkinan besar banyak alumni Labs 88 yang bisa ikutan hadir. Maklum hari libur kerja.

Jadi, kalo bisa rekan-rekan jangan ada aktivitas lain, selain datang ke buka puasa bersama. Kalo ada rencana ke luar kota, ya dibatalkan aja. Kalo ada keluarga yang mau married di tanggal-tanggal itu, tolong bilangin diundur saja. Termasuk yang mau punya hajatan, sunatan, arisan, dan lain-lain. Intinya, nyok kita ramein buka puasa bersama!

Mungkin ada yang tanya juga, kenapa bertepatan dengan peringatan G 30 S PKI? Terus terang, kami gak bermaksud menyinggung atau mengingatkan para korban keganasan G 30 S PKI, lho. Kami bukan anak buah Aidit. Kami juga bukan pengikut Orde Baru (Orba). Memang, kami dilahirkan di masa Orba, tapi kami gak main politik-politikan, kok, apalagi sampai terjun ke politik praktis segala.

Dalam pelaksanaan buka puasa ini, Fitri menjadi Kordinator-nya. Penunjukan Fitri tentu bukan tanpa alasan. Sekarang ini track record-nya sebagai kaum muslimah, patut dibanggakan. Tentu gak perlu disebutkan satu per satu lah. Nanti dibilang riya lagi. Yang pasti, untuk urusan rohani, Fitri selalu memberi usulan yang luar biasa. Sebelumnya ia sempat melontarkan ide ngaji bulanan alumni Labs 88.

“Jadi buka puasanya dimana nih? Di rumah Fitri atau Kiki, nih?” tanya Dina.

“Kalo gue mah pilih di rumah Fitri,” celetuk Ade Riana, yang malam itu seperti biasa ditemani sang suami tercinta: Rendra. “Soalnya rumah Fitri deket sama rumah gue,” tambah Ade. Lah, pantes aja!

“Mending kita voting deh,” usul Dina, seraya anggota DPR/MPR dalam sebuah sidang paripurna. Dari voting itu menghasilkan suara seimbang: 50% suara mengusulkan buka puasa di rumah Fitri, 50% sisanya di rumah Kiki. Meski berimbang, setelah melakukan musyawarah dan mufakat, diputuskan buka puasa akan dilaksanakan di rumah Kiki.

Buat buka puasa ini, rekan-rekan dimohon buat konfirmasi kehadirannya (plus uang sumbangan yang 50 ribu itu, tentunya), kalo gak ke Fitri (sebagai kordinator), ya ke Dina atau Ade Riana. Ini tujuannya buat membantu tim buka puasa nge-booking makanan. O iya, sebelum lupa, Insya Allah nanti pas buka puasa bersama, akan ada Ustad dan Da’i kondang. Bukan dari Pildacil, tapi khusus didatangkan dari Hollywood...hehehe enggak ding! Tapi kalo soal akan ada Ustad, itu beneran, lho. So, jangan gak hadir ya!

Saat itu jam sudah menunjukan pukul 21 lewat. Menurut gue cukup malam di bulan puasa, karena pagi-pagi kan kudu bangun sahur. Nah, berhubung agenda meeting masih ada dua lagi, rekan-rekan kita sepakat “maju jalan” alias meneruskan meeting. Terus terang gue sempat berpikir, rekan-rekan kita ini “gila” juga komitmen-nya. Luar biasa!!!

Agenda pertemuan selanjutnya adalah ngomongin soal donor darah. Lagi-lagi gue berpikir, kok pembicaraan donor darah gak ada progres-nya acan. Yang diomongin itu-itu terus. Mentah terus! Apa yang salah ya? Bukan maksud membuka siapa yang salah dan siapa yang benar, lho. But anyway, inti pembicaraan agenda donor darah malam itu adalah, Ipang wajib mutusin secara tegas. Maksud?

Begini, maksudnya. Donor darah akan tetap dilaksanakan dengan tetap mempertimbangkan aspek waktunya. Mengenai siapa yang akan membantu dalam kepengurusan panitia donor darah, Ipang nanti
yang bakal menentukan. Yang pasti, rekan-rekan yang hadir malam itu sepakat, siapapun orang yang akan “menggerakkan” program donor darah ini, pasti didukung 100%, asal terus berkordinasi (baca: punya komitmen dan komunikatif).

Agenda terakhir yang dibahas adalah momentum 20 tahun Labs 88. Sebagaimana sudah dibicarakan di Kemang Food tempo hari, momentum 20 tahun gak harus membuat reuni satu malam. Ada baiknya dibuat seperti sebuah rentetan acara selama tiga hari dengan agenda membuat program sosial (misalnya bakti sosial) dan program kesehatan (sunatan masal, donor darah, dll). Namun malam itu rekan-rekan gak langsung mutusin buat ngejalanin reuni model begitu. Anto ngusulin perlu ngebuat questioner, dimana questioner tersebut bertujuan buat mengetahui respon teman-teman. Nah, karena kebetulan elo udah baca tulisan di blog ini, tolong respon questioner di bawah ini ya.

1.
Perlu gak sih kita membuat reuni 20th Labs88 ?
[A] Perlu
[B] Nggak Perlu
[C] Terserah
[D] Jawaban lain:

2.
Kalo perlu seperti apa konsep reuninya? [Bagi yang menjawab “Perlu”]
[A] Seperti reuni ke-19 kemarin aja
[B] Karena momentum 20 tahun, jadi konsepnya harus beda, misalnya dibuat rangkaian acara.
[C] Biasa-biasa aja deh. Selamatan bikin tumpengan, berdoa, terus ceramah ustad, deh.
[D] Jawaban lain:

3.
Kalo gak perlu kenapa?
[A] Baru kemarin reuni, masa mau reuni lagi.....Cappeee, deh!
[B] Kayaknya ngabis-ngabisin waktu dan uang, deh!
[C] Gak punya alasan, tapi sekali gak perlu tetap gak perlu!
[D] Jawaban lain:

4.
Apakah teman-teman pasti hadir di reuni tersebut? (Jika teman-teman memilih perlu dibuat reuni)
[A] Of course, dong!
[B] Hmmm...gak tahu deh bisa apa gak
[C] Males, ah! Soalnya pasti ketemu sama si anu...
[D] Jawaban lain:

Teman-teman cukup mem-bold jawaban yang dipilih atau mengisi jawaban lain yang sudah tersedia. Jika teman-teman sudah mengisi questioner tersebut di atas, mohon kirim via blog ini atau via email ke Ipank di eepank@yahoo.com atau ke Salsa di salsabila25@yahoo.com. Kalo gak mau via email, bisa juga dititip antar teman alumni Labs88 lain.

Jawaban elo-elo sekali sangat diharapkan dan ngebantu banget. So, please respond ya!.....

Malam sudah semakin larut. Beberapa orang sudah kelihatan “teler” berat. Jam memang sudah menunjukan pukul 22 lewat. Ipang mutusin, meeting kali ini kelar. Selesai gak selesai dikumpulkan. Kebetulan memang sudah selesai, sih. Mata Dina juga sudah kerlap-kerlip. Gak enak dong, masa tuan rumahnya sudah ngantuk, tamu-nya gak tahu diri?

Entah sudah kenyang atau sudah ngantuk, makanan kecil di meja masih banyak. Kalo saja para risoles dan para donat bisa ngomong, pasti mereka sudah berteriak-teriak begini: “Om-Om, godain kita dong!” Nah, supaya gak mubazir, para ibu-ibu (Ade dan Dina) ngebakali para bapak-bapak kue. Walhasil, persis kayak pulang selamatan, rekan-rekan kita membawa “oleh-oleh”. Sebelum meninggalkan pagar rumah, kami pun kembali mengucapkan thx to Dina Subingar yang sudah menyediakan tempat dan makanan. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah. Amin!

Demikian laporan pandangan mata dari Brillianto alias Anaknya Pak Prodjo.....

No comments: