Monday, July 30, 2007

Proyek Perdana YPK'88...hebat, saluuuut!!!

Temanss...
Berikut ini laporan pandangan mata dari Anto Prodjo tentang kisah sukses proyek sosial perdana dari himpunan alumni YPK'88 pada hari Sabtu kemarin. Gue sendiri ngga' ikutan, makanya minta tolong Oom Brillianto untuk buat ulasan kegiatan tersebut. Satu hal yang gue seneng banget plus bangga, ternyata kekompakan kita masih sangat-sangat terasa dan Alhamdulillah bisa mulai disebarkan untuk kesejahteraan orang banyak.

Silahken menikmati laporannya....

Jumat, 27 Juli 2007, pukul 18.45 WIB

Setelah melakukan survey lokasi ke Sekolah Darurat, sebagai Ketua Almuni YPK, Ipank akhirnya menyetujui usulan Anto buat melakukan bakti sosial (selanjutnya: baksos) ke Sekolah Darurat Kartini. Sebuah sekolah yang berlokasi di kolong jembatan tol Ancol. Syukurlah, Ipank belum kapok datang ke sekolah yang jumlah siswanya mencapai 500-an orang itu, setelah peristiwa “jumpa fans” mendadak pas survey.

Malam itu, di rumah Arti di bilangan Daksinapati, Rawamangun, sudah ada Ipank dan Arti. Mereka merencanakan akan meeting “kecil” sebelum belanja kebutuhan buat disumbangkan ke sekolah itu. Beberapa teman YPK sempat dihubungi untuk hadir di rumah Arti. Ya, buat apa lagi kalo bukan untuk urun rembuk soal baksos esok hari. Anto dan Ijam ikutan hadir malam itu. Mereka semangat buat mensukseskan baksos YPK pertama ini. Bahkan Ijam sempat dorong-dorong mobil dulu, gara-gara aki mobilnya soak. Gak apa-apa ya Jam? Yang penting niat elo tulus dan iklas buat bantuin baksos. Oh iya, kalo ada yang protes mana Anto? Kok di foto gak ada? Tampang Anto emang gak pernah muncul. Ya, begitulah nasib kalo jadi seksi dokumentasi. Selalu behind the scene alias di balik kelambu.

Menurut Ibu Ryan dan Ibu Rossy -selaku Kepala Sekolah Darurat Kartini-, sebaiknya diberikan sembako aja. Alasan mereka yang dikenal sebagai Ibu Kembar itu, sumbangan sembako lebih langsung dinikmati anak-anak dan keluarga mereka. Mereka memang gak mau banyak-banyak menerima uang cash, karena banyak oknum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memanfaatkan uang sumbangan, masuk ke dalam kantong pribadi. Istilahnya: memanfaatkan kemiskinan demi ambisi pribadi. Walhasil, Ipank menginstruksikan buat membelikan lebih sembako dari uang sumbangan itu. Anto mengusulkan agar gak perlu banyak item belanjaannya. Yang paling penting beras dan “teman-teman”-nya beras. Ade dan Arti setuju.

Malam itu, sumbangan masih terus mengalir. Kita tahu, info baksos kurang dari sebulan. Awalnya, kas YPK cuma satu juta tujuratus ribu rupiah. Eh, dalam tempo dua minggu naik menjadi dua juta, trus tiga juta, dan sampai malam itu terhitung mencapai angka lima juta enam ratus ribu rupiah. Uang segitu belum termasuk sumbangan lain dari seorang dokter rekan Ipank berupa beras 200 kg dan 100 kg lagi dari salah seorang rekan YPK, lalu dari teman-teman lain. Wow?! Luar biasa bukan?! Tak heran sebagai Ketua YPK, Ipank bangga pada partisipasi anggota YPK yang telah menyumbang. Thanks, Bro! Semoga sumbangan teman-teman dicatat Allah. Amin. Buat yang belum nyumbang atau nyumbangnya masih dikit, nyumbang lagi ya...hehehe, karena kita masih akan melakukan next baksos.



Tiba waktunya mengkalkulasi uang senilai lima juta enam ratus ribu itu. Buat apa? Apakah semuanya dibelikan sembako? Berapa rupiah dibelikan beras? Trus ada gak yang diberikan cash? Nah, hal-hal kayak gitulah yang dibicarakan di meeting “kecil” di rumah Arti malam itu. Lihatlah wajah Ade yang serius menghitung-hitung uang yang akan dibelanjakan. Sementara Arti sibuk menulis apa-apa yang akan dibeli dan berapa jumlahnya.

Seperti di dalam gedung bundar MPR/DPR, terjadi perdebatan seru dari masing-masing fraksi. Dari fraksi Partai Rambut Uban diwakili Ijam. Wakil dari Partai Selebritu Mabuk Bae diwakili Ipang. Wakil Partai Kumis Tebal dikomandoi Anto Prodjo. Sementara wakil fraksi Partai Perempuan Asoy Geboy diwakili Ade dan Arti. Meski adu debat, tapi mereka tetap berkepala dingin. Gak sampai lempar-lemparan sandal. Walhasil, kami putusin dari lima juta enam ratus ribu rupiah itu alokasikan tiga juta cash dan sisanya belanja sembako.



Awalnya, kami niat belanja di Makro Kelapa Gading. Namun, mengingat hari semakin malam, akhirnya diputuskan belanja di Tip Top. Di supermarket yang berada di bilangan Rawamangun ini kami beli berkotak-kotak mie instant, puluhan minyak goreng, beberapa sarden, dan kornet.

Entah memang awal bulan atau memang kebetulan, malam itu Tip Top rame banget, Bo! Untunglah beberapa orang di situ gak begitu kenal Ipank sebagai selebriti top. So, kami bisa belanja dengan leluasa. Gak ada jumpa fans dadakan lagi, gitu maksudnya. Ada sih beberapa ABG yang mencuri-curi pandang ke Ipank. Gak tahu mereka kenal Ipank sebagai bintang sinetron atau mantan tukang kredit. Sementara ada juga ibu-ibu muda yang senyam-senyum ke Ipank. Awalnya Ipank membalas senyuman ibu-ibu muda itu. Begitu tahu yang disenyumin suami mereka, yang kebetulan berada di belakang Ipank, karuan saja Ipank malu hati.

Bak berada di sebuah labyrin, dengan membawa troli, kami masuk ke jalur-jalur rak. Dari satu ke rak lain, mencari barang-barang yang sudah masuk list belanja. Yang pertama, kami membeli minyak goreng. Selanjutnya mie instan, dan barang lain. Ade sempat sewot lihat Ipank yang sibuk terima telepon. Entah telepon dari fansnya atau dari agencynya yang ngabarin buat main sinetron. O iya, selain Ijam, Anto, Ipank, Ade, dan Arti, ada bantuan lagi yang datang menemani belanja, yakni Pepi. Kedatangan Pepi tentu saja sangat bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Pasalnya, ia memiliki postur bak kuli kapal Tanjung Priuk. Jadi cocok banget buat ngangkut barang-barang belanjaan.

Akhirnya kami kelar belanja. Total belanjaan mencapai dua juta empatratus limapuluh ribu rupiah. Jadi, sisa uang belanja senilai seratus limapuluh ribu dimasukkan ke dalam sumbangan cash. Kelar belanja, kami sepakat bubar buat istirahat, karena besok kumpul lagi pukul sembilan di rumah Arti sebelum berangkat ke Sekolah Darurat. Fisik boleh letih, namun semangat buat baksos esok hari tetap berbinar-binar. Ini bisa terlihat dari mulut Pepi yang berbinar-binar, eh salah ding, mata Pepi. Ipank pun tetap ngasih motivasi ke Ijam, Ade, Arti, dan Anto agar tetap semangat, demi menyogsong hari esok yang cerah ceria.

Sabtu, 28 Juli 2007, pukul 09.00 WIB

Anto adalah orang pertama yang sampai di rumah Arti. Tepat pukul sembilan. Selanjutnya datang bergiliran Thaya, Ipank, Susi, Salsa, Ijam, Pepi, N’jik, dan Ade yang juga mengajak putrinya.



Kami sempat urun rembuk lagi buat mendistribusikan beras yang masih belum terangkut ke mobil. Perlu diketahui, di bagasi mobil Anto sudah ada 200 kg beras dan 11 kotak mie instan. Sementara di rumah arti masih ada 300 kg beras lagi. Siang itu ada lima mobil. Mobil Thaya, Ijam, N’jik, Ipank, dan Anto. Kalo 300 kg beras itu dimasukkan ke mobil Anto lagi, tentu aja gak mungkin. Bisa-bisa shockbreaker Avanza-nya menjerit-jerit. Ada yang mengusulkan didistribusikan ke empat mobil, selain mobil Anto.



Usul itu juga gak mungkin, karena mobil Thaya gak punya bagasi sebesar mobil MPV. Mobil N’jik di bagasinya juga penuh barang. Begitu juga mobil Ipank. Walhasil mobil Ijam yang menjadi “sasaran”. Namun, gak mungkin 300 kg diangkut dengan mobil Ijam semua. Untunglah per karung beras isinya 50 kg. So, di mobil Ijam “dinaikkan” 150 kg beras atau 3 karung. Trus sisa 150 kg beras lagi ditaro dimana? Mobil Arti! Yap! Mobil N’jik dan Thaya terpaksa “diistirahatkan”, mengingat dua mobil tersebut gak bisa membawa beras.

Pukul 11.30 WIB.

Setelah melakukan iring-iringan empat mobil dengan dikomandoi mobil Anto, rombongan alumni YPK tiba di lokasi Sekolah Darurat Kartini. Kami langsung disambut Ibu Guru Kembar: Ibu Ryan dan Ibu Rossy. Kebetulan siang itu, selain ada beberapa siswa yang belajar, ada pula yang sedang melakukan kerja bakti.

Kami duduk di bangku yang sudah disiapkan oleh murid-murid. Sebelum memberikan sumbangan, rupanya Ibu Kembar sudah menyiapkan agenda lain, yakni pementasan murid-murid Sekolah Darurat Kartini. Tentu saja kami senang, meski sebetulnya kami gak perlu diberikan “upacara-upacara” seperti seremonial ini. Namun, tentu saja agenda “kejutan” Ibu Kembar ini tetap kita hormati.



Sebenarnya ada tujuan lain Ibu Kembar mempertunjukan murid-murid sekolah itu. Mereka ingin murid-murid yang berbakat nyanyi, menari, dan punya wajah cantik dan tampan bisa diorbitkan. Ya, hitung-hitung bantu memberdayakan mereka, siapa tahu gara-gara kita (di antara alumni YPK) nasib anak-anak kolong jembatan, yang berasal dari keluarga miskin, bisa berubah. Kalo dilihat, banyak lho wajah-wajah mereka yang ganteng dan cantik (gak kalah sama model-model ibukota). Bahkan menurut Ibu Kembar, penyanyi yang siang itu bawain lagu “Bunda” dari Rossa, sempat dikursuskan vokal di Purwacaraka. Begitu komitnya Bu Kembar buat mengangkat murid-muridnya yang punya bakat ini.



Selesai pertunjukan, Ipank memberikan sumbangan uang cash senilai tiga juta seratus limapuluh ribu rupiah dan lima kg beras ke Ibu Kembar. Khusus beras dan “teman-teman”-nya beras dilakukan secara simbolis. Kok simbolis? Begini ceritanya, jadi 500 kg beras dan “teman-teman”-nya beras itu harus dikirim ke rumah Ibu Kembar di Kelapa Gading. Sebab, kalo diletakkan di sekolah itu, selain gak ada tempat, juga menjaga agar gak terjadi hal-hal yang gak diinginkan. Pencurian beras, misalnya. Maklumlah, sekitar kolong jembatan Ancol rawan pencurian.



Kelar pemberian sumbangan simbolis dan uang cash, kami sempat foto-foto sejenak, baik dengan Ibu Kembar dan murid-murid di situ. Lain halnya dengan N’jik. Naluri mengajarnya tiba-tiba keluar. Ia sempat menjadi guru murid-murid SD di sekolah itu. Pelajaran yang dipilih pria asal Utan Kayu yang dulu sempat kribo ini adalah menyanyi. Pilihan mata pelajaran ini barangkali ambisi lamanya yang gak kesampaian menjadi anggota duo kribo. Ia terdepak oleh Ucok AK yang berduet dengan Achmad Albar. Sayang, lagu yang dipilih gak cocok banget sama anak-anak SD. Yang dipilih lagu “Pudar” dari Rossa, yang ada lirik soal “selingkuh-selingkuh”. Kok anak SD diajar selingkuh sih, N’jik?



Saat itu udara panas sekali. Gak ada angin yang membuat hawa gerah menjadi sedikit sejuk. Mulut pun kering. Perut lapar. Seorang provokator mengusulkan buat lunch. Gayung bersambut. Ipank setuju. Kami pun memilih tempat di sekitar Ancol, tepatnya di restoran Padang.



Kelar lunch, Ipank, Anto, Susi, Arti, Salsa, Ijam, Pepi, N’jik, dan Ade sempat berdiskusi lagi. Topik diskusinya adalah membahas agenda alumni YPK berikut. Pertama, pendistrbusian 300 kg beras plus sembako yang masih ditumpuk di rumah Ijam, evaluasi baksos ini, pemilihan Ketua Reuni 2008, dan next project: donor darah. Diskusi seru banget, gak terasa jam sudah menunjukan pukul 1.30 WIB. Karena ada beberapa teman yang punya acara lagi, terpaksa diskusi dihentikan. Insya Allah, akan dilanjutkan ke meeting informal lain dengan waktu dan tempat yang akan ditentukan selanjutnya.

Alhamdulillah, proyek pertama YPK berhasil. Buat teman-teman yang sudah menyumbang, sekali lagi terima kasih banyak. Buat teman-teman yang ikut belanja dan hadir pada penyerahan sumbangan juga kami ucapkan terima kasih, karena sudah menyempatkan waktu dan tenaga. Proyek pertama ini menunjukan YPK masih benar-benar kompak. Moga-moga di next project partisipasi rekan-rekan lainnya juga lebih banyak lagi.

Yang Penting (masih dan selalu) Kompak!!!!


No comments: